top of page

VENICE: KOTA KANAL MAHAL

Dari Roma kami melanjutkan perjalanan menggunakan kereta ke Venice. Kami memilih menaiki kereta karena memiliki ekspekasi bisa melihat daratan Italy lebih banyak. Sayangnya, kami tidak bisa melihat terlalu banyak. Berhubung kebanyakan jalur kereta Itali berada di bawah terowongan.

Venice adalah satu kota yang benar-benar ingin saya kunjungi. Rumah-rumah yang dibangun di atas air dan transportasi utama berupa kapal, membuat kota ini sangat unik. Sayangnya ketika saya mengunjungi kota tersebut, langit sedang tidak bersahabat. Dua hari di Venice terpaksa dihabiskan dengan hujan deras, sehingga saya harus berkeliling kota menggunakan jas hujan. Meskipun hujan, keindahan Venice sesuai ekspektasi saya, unik dan indah.

Dari stasiun kereta, kami melanjutkan perjalanan dengan waterbus (vaporetti) ke penginapan, yaitu sebuah kapal dengan kapasitas penumpang cukup besar. Tidak ada transportasi darat di Venice, pilihannya cuma berjalan kaki atau paling sepeda yang bisa lewat karena jalan-jalan di Venice sangat kecil dan terlalu banyak jembatan yang harus dilewati. Untuk sampai ke satu tempat ke tempat lain transportasi yang bisa digunakan ya water bus itu. Moda transportasi ini beroperasi seperti bus yang berhenti di halte-halte yang dibangun di sejumlah tempat yang telah di tentukan.

Kapal tersebut akan melewati kanal-kanal besar, seperti Garnd Canal, Canal di Fusina, dan Canal di San Marco, yang membelah Venice menjadi beberapa bagian besar. Sementara sejumlah bagian kota yang terpisah oleh kanal-kanal kecil bisa ditempuh dengan menggunakan Gondola atau berjalan kaki melewati jembatan-jembatan kecil yang menghubungkan tempat-tempat tersebut. Setidaknya terdapat 118 pulau kecil yang berada dalam wilayah Venice.

Kami berhenti di halte yang lumayan jauh dari stasiun kereta sehingga perjalanan menggunakan

bus air cukup lama dan membuat saya mual karena saat itu ombak lumayan tinggi. Untuk menggunakan moda transportasi ini turis harus merogeh kantong lumayan dalam. Dibandingkan biaya transportasi di kota-kota Eropa lainnya yang telah saya kunjungi. Untuk sebuah tiket yang bisa dipakai sesukannya sepanjang hari perlu bayar 14 euro. Padahal di kota lain, Cuma perlu bayar kurang dari 5 euro.

Pada dasarnya semua barang mahal di Venice, saya merasa dirampok hahaha. Akomodasi yang kami tempati mencapai lebih dari 20 euro semalam, padahal sebelumnya harga yang ditawarkan melalui website booking yang kami gunakan hanya 16 euro. Dengan dalih pajak dan sejumlah biaya tambahan lain, si pemilik penginapan menyuruh kami membayar lebih mahal. Padahal semua biaya tersebut sebelumnya tidak dicantumkan ketika booking. Itali menempati peringkat korupsi tertinggi ketiga setelah Yunani dan Romania, tidak aneh bila banyak yang tidak transparan di negara tersebut.

Pemerintah kota ini benar-benar menarik biaya yang sangat mahal untuk setiap atraksi yang mereka sediakan. Untuk bisa mencapai Boruna, pulau di mana turis bisa melihat desa nelayan yang bangunannya berwarna-warni saja turis harus membayar biaya perjalanan hingga 24 euro sekali jalan. Gondola bertarif 60 euro untuk satu kapal dengan durasi 1 jam perjalanan.

Namun Venice tetap menjadi tempat yang harus dikunjungi berhubung kota ini cukup unik. Lorong-lorong kota yang sempit memberi kesan yang misterius layaknya sebuah labirin yang bisa menyesatkan sekaligus romantis. Sejumlah bangunan bersejarah menarik untuk didatangi, seperti Ponte di Rialto dan Piazza San Marco. Kota ini juga terkenal dengan kerajinan dari gelasnya yang indah. Di samping kerajinan topeng yang misterius dengan penjualan yang meningkat saat karnival Venice atau Mardi Grass berlangsung. Sebuah perayaan yang dimulai pada abad ke sebelas sebagai bentuk suka cita menyambut runtuhnya tatanan pemerintahan patriarki.

Oh ya, di pusat kota Venice ada kedai kopi yang lezat. Menurut teman saya, itu adalah salah satu kopi paling enak yang pernah dirasakannya, bernama Caffe Del Doge. Sehingga dia menyimpulkan bahwa Itali adalah surga bagi pecinta kopi. Kedai kopi itu hanya memiliki sedikit tempat duduk untuk pengunjungnya. Karena kebanyakan penikmat kopi di Venice hanya singgah sebentar di kedai kopi usai meminum kopi yang disajikan dalam gelas kecil.

Saya juga menemukan sebuah toko buku tua yang sangat menarik ketika saya tersasar di lorong-lorong jalan kota Venice. Namanya Libreria Aqtua Alta. Selain tersasar tadinya saya tertarik masuk ke toko buku itu karena ingin membeli postcard, tetapi yang saya temukan di dalamnya begitu istimewa.

Selain menjual berbagai jenis buku yang unik bahkan langka, toko buku itu juga memiliki interior yang unik. Mereka menggunakan sebuah bathtub sebagai tempat menaruh buku-buku, selain rak dan meja yang disusun hingga tinggi. Di bagian belakangnya, pengunjung bisa duduk sebentar sambil menikmati beranda kecil yang mengarah ke kanal besar dan sebuah lapangan kecil di mana terdapat sebuah tangga yang dibuat dengan menyusun sejumlah buku tebal. Buku tersebut memang sudah lapuk dan tidak bisa digunakan lagi karena terkena banjir.

Bukan sekali dua kali toko buku terkena banjir. Dan setiap kali banjir datang, sang pemilik toko akan berusaha keras untuk menyelamatkan koleksi bukunya atau merelakannya terendam air. Cuaca di Venice memang kerap tak bersahabat dan ketika itu debit air bisa sangat tinggi. Itu kenapa bangunan-bangunan di Venice di rancang bertingkat, agar penduduknya bisa mengungsi ke lantai atas yang tidak terkena banjir.

Bila ingin berwisata lebih murah, turis bisa menginap di bagian kering Venice, bernama Mestre, dan mengelilingi bagian kota yang basah secara day trip. Mestre adalah wilayah bagian Venice yang daerahnya tak terpisah dari Itali daratan, atau disebut Mainland. Daerah ini menyediakan banyak akomodasi dan restoran murah.

Selain itu, setiap sudut kota dihubungkan dengan transportasi massa darat seperti bus dan trem. Kebanyakan penduduk Venice muda memilih tinggal di Mestre. Di daerah ini mereka bisa mendapatkan kehidupan kota modern, dengan apartemen dan lahan-lahan kering yang luas tempat anak-anak mereka bermain. Sementara mereka yang tinggal di pulau Venice kebanyakan adalah penduduk tua yang telah lama tinggal di daerah itu atau mereka yang datang ke Venice untuk berdagang.

Leave feedback
Recent Posts
bottom of page