top of page

TEA PLEASE

  • Writer: Fitria Andayani
    Fitria Andayani
  • Jan 17, 2012
  • 3 min read

Kapten Hook menantang Peter Pan duel. Krisis. Namun dengan wajah tenang Peter bicara pada Wendy yang tampak ketakutan dan terburu-buru. “Do you want an adventure now? or would you like to have tea first,” katanya. Wendy sedikit bingung dengan ketenangan Peter. Namun dia segera menepis pikiran itu dan menjawab. “Tea first quickly,” katanya.

Kisah itu bisa menggambarkan betapa anak-anak keluarga Llewelyn – Davies yang menjadi inspirasi cerita Peter Pan, sangat menyukai teh. Sir James Mattehw Barrie sang penulis menampilkan hal tersebut di dalam bukunya, sekaligus mengukuhkan teh sebagai budaya yang tak terbantahkan di Inggris.

Bagaimana di Indonesia? Mungkin berkumpul bersama teman sambil menikmati secangkir kopi di cafe yang khusus menyediakan aneka jenis kopi, sudah biasa. Namun berkumpul di sebuah cafe hanya untuk menikmati teh mungkin belum sering dilakukan. Padahal sejarah minum teh di Indonesia sebenarnya sudah cukup lama. Meskipun tak selama upacara minum teh di Jepang atau tea time di Inggris.

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer. Lalu ratusan tahun lamanya, Keraton mempertahankan kebiasaan penyeduhan teh oleh abdi dalem keraton khusus yang dipanggil patehan. Mereka meracik dan menyuguhkan teh ke dalam poci khusus yang terbuat dari gerabah, keramik, atau porselen dengan cara tertentu kepada para petinggi keraton.

Hingga kini, teh dalam poci masih dikenal dan menjadi identitas budaya minum teh di Indonesia. Selanjutnya, teh menjadi minuman wajib yang harus dihidangkan di setiap ruang-ruang tamu keluarga di Indonesia. Atau sekedar menjadi pengganti air putih di warung-warung makan. Sehingga kebiasaan minum teh masih dianggap hal biasa. Tak serupa meminum kopi yang dengan meminumnya saja, seseorang bisa merasa keren.

Bagi saya teh adalah ‘teman’. Menenangkan ketika otak saya mulai merasa lelah. Teh yang paling saya suka adalah teh prendjak. Teh paling nikmat sejauh ini. Murah hehe. Teh yang juga terbaik yang pernah saya cicipi adalah white tea. Sebuah pemberian seorang teman ketika dia berkunjung ke Taiwan.

Saya juga suka oca atau teh hijau Jepang. Pahit, tapi saya bisa minum bergelas-gelas hehe. Kalau tidak suka teh hijau yang biasa, coba pesan green tea latte deh. Oh jangan lupa teh tarik dan teh talua Bukittingi. Slurpp…. Kalau kamu insomnia coba minum teh cammomile deh. Teman saya si Shally Pristine yang suka begadang sempat sembuh insomnia-nya karena teh itu. Meskipun rasanya tidak begitu saya suka.

Kalau mau coba teh yang lain, saya biasa pergi ke Tea Addict di jalan Gunawarman, Jakarta Selatan. Setidaknya ada 50 jenis racikan teh dikembangkan dan disajikan di cafe ini. Mulai dari blackcurrant, jasmine, hingga Pure Nirvana atau Teh Dewa, Masala Tea, dan Kungfu Tea. Masala Tea adalah teh yang dicampur dengan kapulaga dan jahe. Sedangkan Pure Nirvana diolah dari campuran White Tea dan Green Tea.

Karena tidak melalui proses fermentasi, daun tehnya merekah dan bisa dimakan. Biasanya teh jenis ini ditambahkan dengan madu agar tidak terasa pahit. Sementara itu, Kungfu Tea terbuat dari green tea yang disajikan dalam teko dan gelas-gelas kecil. Tea Addict berusaha untuk terus memperbaharui resep teh yang mereka punya. Kenyataannya jenis racikan teh di dunia mencapai 2.000 jenis.

Pelanggan muda biasanya menyukai jenis teh yang memberikan rasa buah, seperti lyche, blackcurrant, dan sebagainya. Sedangkan pelanggan berumur 30 ke atas biasanya memesan green tea ataupun white tea atas dasar kesehatan. White tea memiliki antioxidan paling tinggi, oleh karena itu mampu membuang racun dalam tubuh dan bagus untuk kulit.

Sementara Green Tea cocok untuk diet. Mereka juga terkadang memesan teh herbal yang bukan berasal dari daun teh, melainkan dari bunga, kayak lavender, pepermint, dsb. Para pengunjung bisa menikmati beragam jenis teh tersebut dengan harga mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 35.000. Mahal yaa hahaha… Makanya juga jarang-jarang ke sana. Recommended pas baru gajian aja haha.

Tak hanya menampilkan teh dengan beragam rasa, Tea Addict juga berusaha menghadirkan tampilan cafe yang yang nyaman dengan sentuhan modern art minimalis. Keadaan cafe yang nyaman dan berkelas akan meningkatkan gengsi peminum teh. Tea Addict juga menemani pengunjungnya dengan musik-musik relaksasi yang bernada lembut. Musik tersebut akan mengiringi pecinta teh ketika meminum teh dari cangkirnya. Hahh… heaven

Magic of Tea

If u are cold, tea will warm you

If you are too heated, it will cool you

If you are depressed, it will cheer you

If you are excited, it will calm you

WE Gladstone 1865

British Prime Minister

Comments


Leave feedback
Recent Posts

© 2023 by DO IT YOURSELF. Proudly created with Wix.com

bottom of page