top of page

BRISTOL: JEJAK SHAUN THE SHEEP DAN GORILA KESAYANGAN

Perjalanan saya ke Bristol sepaket dengan tujuan saya untuk mengunjungi Bath. Kedua kota ini memang berdekatan, namun sangat jauh dari Newcastle. Perlu 6 jam untuk sampai ke kota tersebut dengan menggunakan kereta api cepat. Sementara hanya 1,5 jam waktu tempuh yang harus saya ambil, bila menaiki pesawat, harganya pun lebih murah, sehingga kami memutuskan untuk lewat jalur udara.

Kota ini tak jauh berbeda dengan Newcastle, namun lebih besar dan teratur. Bristol terkenal dengan jembatan yang setiap sekali setahun pada musim panas diadakan festival balon udara. Balon-balon warna-warni itu melayang di atas jembatan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Sayangnya, ketika saya berada di Bristol, festival tersebut sedang tidak berlangsung. Tapi tak apa, Bristol tetap memberikan pengalaman yang berbeda dan cukup menyenangkan.

Ketika mengunjungi sejumlah tempat wisata, saya tanpa sengaja mengikuti jalur Shaun the Sheep. Jalur tersebut adalah jalur pertualangan yang dibuat bagi para orang tua dan anak-anak mereka untuk menemukan patung tokoh kartun kambing itu yang dipajang dengan berbagai desaIn buatan para seniman terkenal. Umumnya patung itu di tempatkan di sejumlah tempat wisata terkenal.

Sebelumnya saya melihat ide petualangan yang sama di London. Ketika patung Paddington dengan berbagai macam tampilan disebar di segala penjuru London. Bila ada yang bisa menemukan semua patung tersebut, mereka akan diberikan hadiah yang menarik.

Kegiatan ini menurut saya cukup menarik. Tidak hanya memberikan aktivitas kebersamaan alternatif

bagi sebuah keluarga, namun juga menjadi sarana bagi orang tua untuk memperkenalkan budaya dan sejarah kota. Ada patung yang ditempatkan di sejumlah museum, sehingga memacu anak-anak untuk datang ke museum dan melihat hal-hal menarik yang ada di dalamnya. Salah satunya di Bristol City Museum.

Menurut saya, museum kota Bristol termasuk yang terbaik setelah museum kota Liverpool dan London. Ruang eksibisi yang disediakan berhasil menarik perhatian saya. Beberapa adalah display konstruksi tulang belulang dinosaurus yang ditemukan di Bristol bernama Codontosaurus, fasilitas PC yang bisa digunakan pengunjung untuk memberikan feedback terkait kondisi museum, dan sebuah tangga yang menempel

dinding dengan sebuah gambar ilusi berupa seorang bocah yang menggendong seekor gorilla pada anak tangga teratas.

Lukisan dan tangga tersebut bercerita tentang seekor gorilla bernama Alfred yang hidup pada 1950-an. Saat gorilla itu mati, dia diawetkan dan dipajang di museum Bristol. Di waktu-waktu tertentu, gorilla tersebut selalu hilang karena dicuri oleh sejumlah pelajar yang berkuliah di bangunan di sebelah museum. Dinding yang dilukis dulunya adalah sebuah pintu yang menghubungkan museum dan sekolah itu. Dari pintu tersebutlah, para pelajar bisa menyelundupkan si gorilla dari museum.

Gorilla ini semasa hidupnya memang sangat terkenal di tengah penduduk kota Bristol. Hewan itu sangat pintar dan tadinya mendekam di kebun binatang kota. Banyak penduduk yang khusus datang ke kebun binatang hanya untuk melihat gorilla itu. Sayangnya, usianya yang semakin tua membuat sang gorilla sakit-sakitan dan akhirnya mati. Gorilla tersebut dianggap sebagai bagian penting dari sejarah Bristol. Karenanya, mereka mengawetkan Alfred dan menyimpannya di museum untuk memperingati kepopulerannya. Hingga saat ini pun, Gorilla ini masih menjadi daya tarik bagi pengunjung terutama anak-anak.

Di Bristol kami juga mendaki sebuah bukit yang di atasnya terdapat kastil kecil yang dulunya digunakan sebagai bangunan pengawas kota. Letaknya yang tinggi, memberikan ide bagi sejumlah penduduk untuk melamar pasangannya. Mereka menggambar kata-kata “Will You Marry Me” di jalanan dan membawa pasangannya menaiki kastil hingga puncak untuk membaca tulisan itu dari atas sebagai kejutan. Sebuah tulisan kami temukan dan sudah hampir hilang sama sekali karena tersapu hujan.

Leave feedback
Recent Posts
bottom of page