SWISS DELIGHT
- Fitria Andayani
- Jan 20, 2012
- 3 min read

Beberapa waktu lalu saya sempat bertandang ke Pekan Budaya Swiss “Jungfrau Swiss Sensations” di Java Restaurant, Hotel Intercontinental, Jakarta. Tetep… sekalian liputan. Di sana saya disuguhi bermacam-macam masakan Swiss dari yang paling berat sampai makanan ringan. Yang menarik, ternyata banyak masakan terkenal asal Swiss yang terinspirasi dari masakan petani miskin.
Sebut saja Basler Mehl Suppe yang kini menjadi appetizer paling diminati di Swiss. Masakan tersebut tanpa sengaja dibuat oleh seorang petani miskin. “Saat itu dia menyanggrai terigu untuk membuat roti,” kisah chef kepala Grand Restaurant Schuh, Interlaken, Swiss, Rudolf Wittwer yang didaulat buat memasak semua hidangan Swiss itu.
Sayangnya dia terlalu lama membiarkan terigu tersebut di atas api. Alhasil terigu tersebut gosong. Tak mau menyia-nyiakan bahan masakan yang didapatkannya dengan susah payah, sang petani mencampur tepung tersebut dengan kaldu daging. Tak disangka campuran tersebut menghasilkan sup krim lezat berwarna coklat. Untuk menambah cita rasa sup tersebut, si petani menaburkan keju gruyere di atasnya. “Rasanya unik dan nikmat,” ujar chef yang lebih akrab dipanggil Rudie itu.
Maluns juga menjadi santapan para petani di Swis pada masa lalu. Masakan ini berasal dari sebuah daerah di selatan Swis yaitu Grisons. Masakan tersebut biasanya dimakan oleh orang gunung yang membutuhkan tenaga lebih agar bisa bekerja keras di ladang. Masakan ini cukup sederhana. Tak butuh banyak bumbu. Hanya perlu sepotong kentang rebus, tepung, garam dan butter hambar.
Semua bahan tersebut dicampur dan dimasak hingga kecoklatan. Hingga semuanya menyatu dan membentuk gumpalan-gumpalan kecil kentang goreng yang renyah. Dahulu para petani kerap mencelupkan dua sendok maluns dalam cafe au lait atau kopi susu khas Swiss. Namun kini Maluns biasa dimakan dengan saus apel, keju Alpine, atau bubur cherry dan plum.
Kini masakan-masakan tersebut dikenal luas, tak lagi hanya dimakan oleh para petani miskin. Bahkan masakan tersebut menjadi panganan wajib saat pelaksaan sejumlah festival di Swiss. “Biasanya pada Februari, saat itu begitu banyak karnaval yang diadakan,” tutur Rudie.
Kentang VS Keju
Bicara tentang Swiss, harus menyinggung soal kentang dan keju. “Bila di negara lain seperti Indonesia harga keju sangat mahal, di Swiss harga kentang justru lebih tinggi ketimbang keju,” ujar Rudie. Makanya bila dulu masakan yang terbuat dari keju sangat mewah, kini masakan berbahan dasar kentanglah yang istimewa.
Sejak dulu keju sudah menjadi panganan wajib di negara tersebut. “Kami memakan keju hampir setiap hari, sebelum, saat, dan setelah makan. Biasanya ditemani kopi,” kata Rudie. Swiss memiliki lebih dari 300 jenis keju. “Setiap daerah di Swiss memiliki satu jenis keju,” tuturnya. Hampir semua masakan Swiss menggunakan keju, seperti fondues, raclette, sup, spuffles, salad, bahkan berbagai macam kue.
Salah satu cara memakan keju paling disukai adalah Raclette. Raclette adalah keju yang terbuat dari susu sapi. Untuk memakannya, keju tersebut dilelehkan pada mesin khusus. Rasanya sangat gurih, asin, dan tidak eneg. Biasanya Raclette dihidangkan pada perjamuan makam malam di Swiss. Lelehan keju tersebut biasa dimakan dengan potongan roti, daging kering, atau dengan kentang rebus dan sayur. Lelehan keju juga digunakan dalam membuat cheese fondue. Panganan ini biasa dihidangkan sebagai camilan. Lelehan keju tersebut ditampung dalam mangkuk dan dimakan bersama roti atau daging.
Lalu jangan lewatkan masakan yang terbuat dari kentang dan paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Swiss yaitu Roschti. Roschti adalah sarapan tradisional Swiss yang terbuat dari kentang yang dipanggang di atas pan hingga kering. Ada perbedaan pendapat dalam pembuatan Roschti. Terutama soal penggunaan bahan dasar kentang. Apakah harus direbus terlebih daulu ataukah langsung digoreng begitu saja.
Selain berbahan dasar kentang, terkadang sejumlah bumbu ditambahkan saat membuat Roshti, seperti garam dan merica. Ada pula yang menambahkan bawang, bacon, keju, apel, dan sayuran ke dalamnya. Namun itu terserah sang koki. Roschti biasanya dibentuk dengan ukuran diameter antara 3-12 cm dan ketebalan hingga 2 cm.
Namun kadang ukuran Roschti dibuat mengikuti ukuran wajan goreng yang digunakan. Ada pula yang memanggang Roschti dengan oven. Masyarakat Swiss juga memakai kentang untuk membuat Birre und stock yang terbuat dari rebusan kentang dan dimakan bersama potongan buah pear.
Enyak… Enyak…. Enyak…
Comments