top of page

PANJI TENGKORAK KETEMU JAKA SEMBUNG

  • Writer: Fitria Andayani
    Fitria Andayani
  • Jan 24, 2012
  • 2 min read

Masih ingat komik Panji Tengkorak atau Jaka Sembung? Beberapa waktu lalu secara tidak sengaja saya bertemu dengan orang-orang di balik komik tersebut. Mereka sudah jadi kakek-kakek sekarang, tapi passion mereka di dunia komik masih sangat menggebu-gebu.

Penulis Jaka Sembung, Djair Warni bahkan masih bercita-cita menjadikan seni komik sebagai salah satu subjek khusus dalam pelajaran kesenian sekolah. Sementara, penulis komik Panji Tengkorak, Hans Rianto Sukandi hingga kini masih mengerjakan sejumlah komik.

Saya bertemu mereka di peluncuran komik Wayang Purwa. Bagi Hans dan Djair, kehadiran Wayang Purwa bisa mengobati kerinduan mereka akan komik Indonesia.

Mereka sedikit muak dengan serbuan komik-komik superhero Amerika atau anime Jepang. Sementara komik yang memiliki gambar dan cerita asli dari budaya lokal jarang muncul. Kalaupun muncul seakan kehilangan ciri khas Indonesianya.

Menurut mereka, komik Indonesia tak lagi punya ikon yang mampu mencuri perhatian peminat buku. Padahal sebelum 1980-an begitu banyak penulis komik yang berjaya dengan ikon khas nusantara seperti Ramayana, Jaka Sembung atau Panji Tengkorak.

Menurut Hans, minat menulis komik di kalangan anak muda saat ini sebenarnya masih bagus. “Masih banyak di antara mereka yang sangat tertarik dengan komik,” ujarnya. Namun disayangkan, komik yang mereka buat tidak memuat jati diri Indonesia. “Hanya pamer otot tapi ceritanya tidak filosofis,” katanya.

Oleh karena itu menurutnya, harus ada revolusi dalam dunia penulisan komik. Generasi muda jangan terbawa arus, hanya mengikuti tren komik yang menjajah Indonesia saat ini. “Bahkan ada penulis komik Indonesia yang mengganti namanya dengan nama Jepang hanya karena membuat manga,” katanya.

Djair juga merasakan hal yang sama. Menurutnya, meskipun gambar komik para penulis komik muda lebih bagus dan rapi, namun cerita yang mereka angkat tidak menarik. Djair menyatakan, hal tersebut terjadi karena mereka kurang observasi. “Hanya menonjolkan gambar tetapi tidak memiliki tujuan dalam penceritaan, tidak ada pesan moral,” tuturnya.

Makanya Djair menilai perlu ada pertemuan antara penulis komik generasi masa kini dan lampau. Berkonsolidasi untuk mencari jalan ke luar dari kebuntuan masa depan dunia komik Indonesia. “Bukan berarti penulis komik tua lebih pandai, tapi setidaknya memang komik dulu memiliki tokoh-tokoh yang hingga sekarang masih diingat. Hal ini yang ingin kami bagi,” ujarnya.

Dari pertemuan itu saya mengerti satu hal. Menjalani hidup dengan melakukan apa yang kita cintai sungguh menyenangkan. Mendapatkan uang dari kegiatan itu bahkan lebih menggembirakan lagi :D

Comments


Leave feedback
Recent Posts

© 2023 by DO IT YOURSELF. Proudly created with Wix.com

bottom of page