top of page

MASJID BESAR (KUWAIT – 2)

Di Kuwait City tidak banyak tempat yang pantas dikunjungi. Salah satu dari yang sedkit itu adalah Grand Mosque. Selain menjadi masjid terbesar di Kuwait City, Grand Mosque juga menjadi landmark kota. Ketika itu masih pukul delapan pagi di Hari Minggu saat saya mengunjungi Grand Mosque. Jalanan Kuwait City masih sepi. Belum ada toko yang buka. Toko-toko di Kuwait City biasanya baru buka pukul sepuluh pagi. Namun orang kantoran sudah banyak kelihatan. Oh ya, hari Minggu adalah Senin bagi penduduk Kuwait.

Grand mosque terletak di Arabian Gulf Road berseberangan dengan Seif Palace di sebelah selatan dan bursa efek Kuwait di sebelah utara. Saya berhasil menemukan bangunan tersebut setelah berjalan kaki selama 20 menit dari hotel. Untungnya petugas hotel asal Indonesia, Wargimin, menggambarkan peta menuju Grand Mosque dengan cukup baik. Jadi saya tidak tersasar.

Sesampai di Grand Mosque saya sedikit bingung mencari pintu masuk. Seorang petugas melihat gerak gerik saya yang kebingungan itu dan menghampiri saya. Dia menyapa saya dengan bahasa Arab. Tapi saya tidak mengerti apapun yang dia katakan. Saya seperti banyak muslim lainnya, yang hanya bisa membaca tulisan Arab tapi malas mencari tahu artinya karena

ada Al-Quran terjemahan. Saya mengatakan padanya bahwa saya tidak bisa berbahasa Arab dengan bahasa Inggris. Namun dia terus mengajak saya mengobrol dengan bahasa Arab.

Dia kemudian mengajak saya masuk lewat pintu samping dengan menggunakan bahasa tubuh. Saya mengikutinya. Dia mengarahkan saya ke sebuah bangunan kecil yang berada di sisi utara masjid. Bangunan tersebut memiliki teras lengkap dengan tempat duduk yang ditutupi kain tradisional bernama Sadu. Sementara dindingnya dihiasi foto-foto Kuwait zaman dulu. Teras itu semakin terasa nyaman dengan kehadiran sebuah taman yang ditanami banyak pohon palem dan sebuah air mancur. Rasanya sedang tidak berada di Kuwait yang gersang.

Seorang perempuan berwajah Asia keluar dari bangunan tersebut. Dia menyapa saya dengan ramah dalam Bahasa Inggris. Namanya Laila, dia berasal dari Filipina. Tidak sulit menemukan orang Filipina di Kuwait. Negara itu mengekspor tenaga kerja yang banyak ke Kuwait. Kebanyakan mereka berprofesi sebagai penjaga toko, tukang bersih-bersih, atau pelayan.

Oh ya, dari Laila saya tahu bahwa bangunan kecil tersebut

bernama Diwanyia. Tempat itu sengaja dibuat oleh pihak Grand Mosque untuk menyambut tamu asing yang datang dari penjuru dunia. Di tempat tersebut, mereka diberikan informasi tentang Grand Mosque oleh petugas yang mampu berhasa Inggris. Mereka yang bermaksud untuk mengenal Islam pun bisa dengan mudah mendapatkan informasi awal di tempat itu. Sejumlah bacaan ringan tentang islam disediakan dalam bahasa Inggris dan dapat diambil gratis oleh mereka yang membutuhkannya.

Laila kemudian menggiring saya ke dalam ruangan kecil. Meminta saya untuk menutupi tubuh saya dengan burqa yang telah disediakan. Hal ini wajib hukumnya bila ingin masuk ke dalam Grand Mosque. Kebetulan ketika itu saya menggunakan celana panjang bukannya rok. Setelah itu, saya diperbolehkan untuk berkeliling masjid.

Sayangnya tidak banyak yang bisa dilihat di dalam masjid tersebut. Saya kurang beruntung karena saat itu, Grand Mosque sedang dalam masa perbaikan. Kuwait Institution Scientific Researches (KISR) dan Kementerian Pekerjaan Umum Kuwait tengah melakukan renovasi sebagian besar gedung masjid. Renovasi dilakukan karena terdapat sejumlah retakan di bangunan utama masjid akibat adanya pergeseran tanah.

Ada pula yang mengatakan, kerusakan terjadi akibat pengembangan bangunan Bank Sentral Kuwait yang bersebelahan dengan masjid tersebut. Sehingga mempengaruhi struktur di bawah tanah masjid.

Perbaikan ini dilakukan sejak awal April hingga akhir tahun ini. Pekerjaan ini dikritisi oleh masyarakat Kuwait terutama ketika Ramadhan beberapa waktu lalu. Akibatnya masyarakat Kuwait tidak bisa melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan di masjid tersebut. Padahal pada saat Ramadhan jumlah jamaah masjid ini akan bertambah banyak hingga 170 ribu muslim setiap malamnya.

Director of the Grand Mosque, Sa’ad Al-Haji menyatakan, ini

adalah renovasi pertama yang dilakukan Terdapat masjid tersebut sejak selesai dibangun pada Juni 1986. Renovasi dilakukan terutama pada pilar dan langit-langit masjid. Menurutnya, kerusakan harus segera ditangani agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah sehingga membahayakan keamanan para jemaah.

Grand Mosque berdiri di atas tanah yang luasnya mencapai 45 ribu meter persegi. Bangunannya sendiri menempati lahan seluas 20 ribu meter. Masjid ini bisa menampung ratusan ribu jemaah, terutama pada saat shalat jumat dan shalat sunah di dua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha. Masjid ini juga dilengkap dengan parkir yang sangat luas terdiri hingga lima level. Tempat parkir tersebut mampu menampung sebanyak 550 mobil.

Masjid ini dibangun pada pemerintahan Sheik Jabber Al Ahmed Al Sabah. Masjid ini dibuat karena saat itu di Kuwait hanya ada masjid-masjid kecil di sekitar pasar atau Souk Mosque yang hanya bisa menampung sedikit jamaah. Sementara jumlah penduduk Kuwait bertambah banyak dan sebuah tempat ibadah yang mampu menampung jemaah dalam jumlah besar dirasa perlu.

Corak arsitektur Andalusia ditampilkan secara nyata dalam bangunan masjid ini. Namun tidak menutup diri dengan gaya arsitektur modern di sana sini. Menara, pilar, langit-langity, dan pondasi bangunan dibuat dari beton.

Sementara bagian luarnya dilapisi dengan marmer dan batu alam berkualitas tinggi. Mihrab masjid ini berbentuk setengah lingkaran yang dirancang dengan memperhitungkan akustik mihrab agar dapat menyebarkan suara dengan baik ke seluruh ruangan shalat. Mihrab ini ditutupi dengan keramik asfahani dari Iran dan marmer dari Itali. Sedangkan di atasnya dilapisi marmer Maroko dengan pola geometris dengan warna yang yang cerah.

Sementara kubah Grand Mosque berdiameter 26 meter dan tinggi 43 meter. Kubah ini termasuk kubah terbesar di dunia. Kubah tersebut merepresentasikan matahari dan langit. Kubah ini juga digunakan untuk memperlancar sirkulasi udara di dalam ruang shalat dan menjadi saluran masuknya cahaya. Kubah tersebut didekorasi dengan kaligrafi Asma-ul Husna yang diukir sangat indah di atas marmer Asfahani Iran.

Masjid ini memiliki 144 jendela yang dibuat dari kaca warna warni yang dapat menyalurkan cahaya matahari ke dalam ruangan. Selain itu terdapat 21 pintu yang terbuat dari Al-saq atau kayu jati yang diukir dengan kaligrafi indah oleh pengukir asal India. Masjid ini juga memiliki 9 air mancur dan 3 air terjun yang memberikan rasa nyaman dan segar.

Selain itu, sejumlah taman tersebar di sekeliling masjid yang ditumbuhi banyak bunga dan pohon palem. Setiap tahunnya buah dari pohon tersebut dipetik dan diberikan kepada masyarakat yang membutuhkannya.

Di masjid ini juga terdapat ruangan khusus untuk kepala negara Kuwait, beranama Hall Amir. Ruangan dikunjungi setiap tahunnya oleh kepala negara Kuwait saat menggelar shalat di dua hari raya. Pemimpin negara pertama-tama akan melaksanakan shalat bersama penduduk Kuwait. Lalu setelah itu, masuk ke Hall Amir untuk bersilaturahmi dengan para tamunya. Ruangan ini didesain khusus.

Kaligrafi yang terdapat di ruangan tersebut pun diukir dengan sangat apik yang dikerjakan selama dua tahun. Grand Mosque menyediakan sejumlah bangunan pendukung yang digunakan tidak hanya untuk keperluan agama namun juga untuk pengembangan kebudayaan di Kuwait.

Selain Grand Mosque, hampir di setiap sudut kota Kuwait City yang kecil itu terdapat sebuah masjid. Jadi tidak usah khawatir tidak menemukan masjid ketika waktu shalat datang. Di depan setiap masjid disediakan dispenser air minum .Pemerintah Kuwait juga memasang dispenser air minum di pusat-pusat perbelanjaan dan pemukinan. sehingga tidak perlu takut mati kehausan di bawah panas yang menyengat.

Leave feedback
Recent Posts
bottom of page