top of page

TENTANG PASAR DAN DIABETES (KUWAIT – 3)

Pasar adalah sisi lain kehidupan orang Kuwait. Bila di banyak sudut kota, Kuwait City terasa sangat sepi, namun tidak dengan kawasan pasarnya. Pasar tradisional di kota itu terletak di jalan Al Mubarakiya. Pasar ini terbilang lengkap. Pasar tersebut terbagi atas blok-blok dengan barang dagangan yang berbeda di setiap bloknya. Di sana ada blok yang menjual pakaian, emas, parfum, buah-buahan, dan makanan.

Saya mengunjungi pasar itu dalam perjalanan pulang ke hotel setelah mengunjungi Grand Mosque. Saat itu masih pagi, suasana pasar pun masih sepi. Hanya beberapa toko yang buka. Namun kebanyakan pedagang buah sudah berjualan. Suasana pasar berubah 180 derajat ketika saya mengunjunginya pada malam hari. Karena bosan makan makanan hotel, saya dan dua teman wartawan mencari makan di luar. Kami makan ayam goreng dan nasi sepiring besar di blok yang banyak menjual masakan Arab. Semacam foodcourt-nya pasar Al Mubarakiyah lah.

Kami memilih makan ayam goreng dan nasi hanya karena kami tidak tahu mau makan apa. Ingin mencoba makanan lain, tapi takut rasanya akan sama saja dengan masakan hotel yang berlemak

dan bikin eneg. Kami cari aman saja. Oh ya, sebagai tambahannya saya pesan jus mangga. Akhir-akhir ini saya hampir selalu memesan jus mangga sebagai pendamping makanan. Makanya saat di Kuwait pun, saya memesang jus itu. Tapi rasa mangganya berbeda. Jadi tetap saja kangen minum jus mangga yang ada di Indonesia.

Kami berdiam di sana sampai pukul sepuluh malam, dan pasar itu masih sangat ramai. Penduduk Kuwait City senang mengobrol sampai lama. Ini juga mungkin yang bikin porsi makanan di Kuwait sangat besar. Sehingga orang Kuwait punya alasan untuk mengobrol karena makanan mereka belum habis. Tapi yah mungkin juga karena tubuh mereka besar-besar jadi porsi makannya juga besar. Mereka juga suka makanan manis, jadi tak aneh bila banyak penduduk Kuwait yang mengidap diabetes. Setidaknya sekitar 160 ribu penduduk Kuwait menderita diabetes, padahal total jumlah penduduknya hanya 1 juta.

Namun mereka tidak perlu khawatir dengan biaya rumah sakit. Mau sakit separah apapun, penduduk Kuwait bisa mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik tanpa biaya. Bahkan penduduk yang bukan warga negara Kuwait juga bisa mendapatkan pelayanan kesahatan bagus hanya dengan membayar 2 KWD. Mau itu operasi besar, seperti melahirkan, mereka tetap hanya perlu membayar seharga itu atau hanya sekitar Rp 60 ribu.

Kembali ke Mubarakiyah, di pasar tersebut juga terdapat sebuah masjid kecil. Di depannya ada taman bermain untuk anak-anak. Lengkap dengan beberapa air mancur setinggi lutut yang menyembur bergantian. Ini lokasi favorit buat anak-anak, mereka tertawa dengan keras dan tidak keberatan berbasah-basahan. Khas anak-anak. Mereka tampak lucu-lucu. Tapi banyak TKI yang bilang kalau anak-anak asal Timur Tengah itu seperti setan. Menjaga satu anak-anak Arab, sama saja dengan menjaga 10 orang anak-anak Indonesia.

Berbelanja di pasar Al Mubarakiyah tidak terlalu sulit. Di tulisan sebelumnya saya pernah bilang kalau melakukan transaksi jual beli di negara Asia Tenggara, semacam Vietnam atau Thailand sedikit sulit karena kendala bahasa. Tapi kalau di pasar ini, tidak perlu khawatir. Banyak pedagang yang bisa berbahasa Inggris. Sejumlah pedagang orang India sih, jadi tidak aneh bila mereka bisa berbahasa Inggris. Kalau beruntung bahkan ada yang bisa pakai bahasa Indonesia sedikit-sedikit.

Kalau soal barang dagangan kebanyakan berasal dari Cina dan Spanyol. Kuwait ini hanya penghasil minyak. Tapi hanya dengan minyak mereka bisa kaya raya. Dan seperti kebanyakan orang kaya, mereka merasa bisa membeli apapun dengan uang yang mereka miliki. Jadi dari pada repot-repot memproduksi barang sendiri, mending mereka impor dari negara lain. Mereka punya uang ini. Lagipula porsi impor terhadap ekspor mereka tidak akan lebih tinggi. Penduduknya sedikit, kebutuhannya pun sedikit. Sementara, hampir seluruh dunia mengimpor minyak dari mereka. Jadi jangan berharap menemukan banyak barang asli buatan Kuwait di sini. Tapi untungnya saya berhasil menemukan wafer coklat asli buatan Kuwait. Setidaknya pabriknya ada di Kuwait.

Kalau soal harga sebenarnya standar. Meskipun tampak mahal karena nilai tukar Kuwait Dinar (KWD) yang tinggi. Di sana 1 KWD sama dengan sekitar Rp 30 ribu atau sekitar 3 USD. Kuwait Dinar memang salah satu nilai tukar tertinggi di dunia. Kaget juga sih. Untungnya mereka punya pecahan uang yang lebih kecil dari 1 KWD yaitu ½ KWD dan ¼ KWD. Selain itu ada satuan ‘fils’ yang nilainya sekitar sepersepuluh KWD untuk 100 fils. Jadi masih banyak barang yang bisa dibeli dengan harga beberapa fils. Dalam menuliskan harga, orang Kuwait biasa menambahkan tiga buah nol setelah satuan utama yang dipisahkan oleh titik. Jadi bila yang tertulis 3.000 KWD bukan berarti tiga ribu KWD tapi 3 KWD.

Selain pasar Mubarakiyah, saya juga mengunjungi pasar ikan di Gulf Road. Saya mengunjunginya di hari terakhir saya di Kuwait. Pagi-pagi sekali saya sudah meninggalkan hotel. Niat saya sebenarnya adalah melihat laut, tapi ternyata di sekitar situ juga ada pasar ikan dan salah satu pasar ritel terbesar di Kuwait, Sultan Centre. Ketika saya masuk pasar itu, sama sekali tidak ada perempuan yang berbelanja. Sementara para pedagang ikan yang semuanya laki-laki memandangi saya dengan aneh. Saya buru-buru keluar setelah mengambil beberapa foto. Pasar ikan itu cukup bersih, jadi nyaman berbelanja di dalamnya.

Suasana berbeda saya rasakan ketika masuk ke Sultan Centre. Banyak perempuan yang sedang berbelanja di dalamnya. Suasananya juga tidak berbeda dengan pasar ritel di Indonesia semacam hyp****** atau g****. Kebanyakan barang yang dijual di situ juga berasal dari Cina atau Spanyol. Jadi sepertinya, barang dagangan yang paling ‘Kuwait’ di negara itu cuma ikan dan minyak.

Sebuah dermaga terletak di depan Sultan Centre. Ini sepertinya memang konsepnya Sultan Centre. Di luar Kuwait City, seperti di Mangaf, Sultan Centre juga terletak di pinggir laut dan di dekat dermaga. Di sana ratusan kapal penangkap ikan dan kapal pesiar terparkir rapi. Tapi tidak ada aktivitas di kapal-kapal itu. Iyalah ya, karena kapal penangkap ikan berlayar pada malam hari untuk menangkap ikan dengan memanfaatkan angin darat. Kalau soal laut, Kuwait kalah dari Indonesia. Tidak indah. Kecuali kalau mengunjungi pantai umum yang pemandangannya lumayan. Kalau dibandingkan pantai-pantai Indonesia, ya kalah telak.

Bila malas mengunjungi pasar tradisional, Kuwait juga punya banyak mall. Tapi kebanyakan mall di Kuwait sepi pengunjung. Iyalah ya jumlah penduduknya sedikit. Lagipula kebanyakan mall di negara itu hanya menyediakan toko-toko yang menjual barang merk mahal seperti Channel, LV, dan lainnya. Barang-barang yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang asli Kuwait yang

umumnya kaya dan bukan levelnya tenaga kerja migran. Sementara jumlah tenaga kerja migran jumlahnya sekitar 2/3 dari total penduduk, sedangkan penduduk asli hanya 30 persen. Jadi tidak aneh bila mall-nya sepi.

Lucunya saat saya masuk ke salah satu mall, saya melihat toko-toko mahal itu memajang pakaian untuk musim gugur dan musim dingin. Mereka juga memajang gaun malam seksi. Aneh saja karena barang-barang itu dijual di negara yang hampir sepanjang tahun bersuhu panas dan di negara Islam yang kebanyakan perempuannya diminta untuk menggunakan burqa. Tapi pasti ada saja penduduk yang membeli pakaian-pakaian semacam itu. Pakaian-pakaian itu akan mereka gunakan ketika berada di negara lain.

Penduduk Kuwait memang terkenal dengan orang-orang yang senang berlibur ke luar negeri. Mereka terlalu bosan dengan negaranya yang monoton. Akhirnya mencari pelarian ke Eropa, Amerika, atau paling dekat ke Dubai. Makanya tak aneh bila bandara Kuwait sangat ramai. Penerbangan ke luar Kuwait lebih tinggi dari pada penerbangan masuk ke Kuwait. Apalagi pada bulan Juni hingga Agustus, ketika libur panjang.

Meskipun punya banyak uang, bukan berarti warga Kuwait bebas dari utang. Ini karena konsumsi penduduk Kuwait kerap melebihi uang yang mereka miliki. Setidaknya 28 ribu penduduk terjerat utang. Atas hal tersebut, mereka menjadi tahanan kota dan dilarang untuk keluar negeri sebelum mereka menyelesaikan kewajiban utang mereka. Ini sebuah penyiksaan bagi mereka. Saya sudah cerita kan kalau negara mereka membosankan. Maka hukuman tersebut bisa bikin stres berat.

Leave feedback
Recent Posts
bottom of page