top of page

PAK Y, PLEASE?!

Suatu hari seorang teman berkata bahwa tulisan pengamat ekonomi Y sangat bagus. Saya penasaran dan bertanya apa yang menarik dari tulisan si pengamat. Dia lalu tersenyum bingung dan bilang ‘Sayangnya saya tidak mengerti maksud dari tulisannya’.

Lalu apa dasar si teman bilang tulisan si pengamat bagus? Hanya karena pak Y mengungkapkan berbagai kosakata sulit dan tampak berkelas. Pak Y mungkin berpikir bila dia memasukkan semua istilah ekonomi yang diketahuinya dalam tulisan itu, pembaca akan yakin bahwa dia memang ahli ekonomi. Semakin susah cara dia mengungkapkan sebuah ide semakin orang berpikir kalau dia memang pintar. Hey ayolah… apa gunanya mendapat pujian dari manusia?

Baiklah, kemudian semua motif itu mengaburkan tujuan sebuah tulisan dibuat. Bukanlah pak Y ingin pembaca mengerti apa yang ingin disampaikannya? Lalu mengapa tak menggunakan bahasa ‘manusia’ saja agar pesan tersebut dengan mudah dimengerti.

Saya jadi teringat Dr Seuss. Satu dari dua penulis cerita anak-anak yang paling saya sukai selain Hans Christian Andersen. Dr Seuss hidup di zaman, bahkan negara besar seperti Amerika pun bermasalah dengan banyaknya orang yang malas dan tidak bisa membaca.

Suatu hari seorang teman di Departemen Pendidikan datang padanya untuk menceritakan kegalauannya dan berharap Dr Seuss bisa memberikan jalan keluar untuk hal itu. Sang teman kemudian memberinya daftar 348 kata yang menurutnya penting untuk dikenal anak-anak yang duduk di sekolah dasar.

Dia meminta Dr Seuss untuk memotongnya menjadi 250 kata dan hanya menggunakan kata-kata tersebut untuk membuat sebuah cerita anak-anak. Dr Seuss lalu menyanggupinya. Setelah tiga bulan Dr Seuss menghasilkan sebuah buku cerita anak-anak dengan hanya menggunakan 236 kata plus ilustrasi unik khasnya. Cerita tersebut berjudul The Cat in The Hat.

Respon anak-anak ketika buku itu keluar luar biasa. Mereka dengan senang membacanya karena buku itu menggunakan semua kata yang mereka tahu. Tak diragukan, Dr Seuss mampu menggunakan kata yang sama berulang-ulang tanpa membuat pembaca tidak nyaman. Kata-kata itu disusun dengan konsep poetic meter yang menjadi keunikannya. Membuat rangkaian kata yang dihadirkan sangat ringan dan mengalun berima menyenangkan untuk dibaca.

Namun yang paling penting, Dr Seuss tidak perlu kata sulit untuk membuat anak-anak menangkap pesan yang ada dalam ceritanya. Tak aneh hingga sekarang. Buku karangannya itu masih menjadi buku wajib bagi anak-anak yang baru belajar membaca. Dr Seuss tidak punya anak. Tapi secara mengagumkan dia bisa menghadirkan kisah yang pas untuk anak-anak.

Look at me! Look at me! Look at me NOW! It is fun to have fun But you have to know how. Then our mother came in And she said to us two, “Did you have any fun? Tell me. What did you do?” And Sally and I did not know what to say. Should we tell her The things that went on there that day? Well… what would YOU do If your mother asked you?

Dulu saya pernah berpikir untuk menjadi penulis cerita anak-anak. Saya mengirimkan sejumlah naskah cerita pendek ke majalah anak-anak. Namun tak satupun yang diterbitkan. Saya membaca kembali tulisan saya dan berusaha mencari tahu apa yang salah. Cerita itu menarik. Tapi lalu saya sadar. Saya terlalu egois. Saya hanya menuliskan apa yang saya tahu tapi saya tidak menulis agar anak-anak tahu.

Saya menulis untuk saya karena saya ingin menjadi penulis cerita anak-anak. Bukan menulis karena saya ingin anak-anak bisa belajar sesuatu dari tulisan saya. Saya secara tidak sadar menggunakan banyak kata yang tidak familiar di telinga anak-anak. Saya jadi ingat omelan seorang teman pada saya dulu. Dia minta saya berhenti untuk menggunakan kata-kata aneh saat bicara dengannya.

Dulu setiap kali menemukan kata baru saya akan menggunakannya sesering mungkin selama sebulan. Hanya karena saya pikir itu keren. Tapi gara-gara omelannya, sejak saat itu saya hati-hati sekali memilah kata yang akan saya ucapkan ketika mengobrol hahaha.

Saya sebenarnya bisa paham situasi Pak Y. Terkadang saya juga menemukan kesulitan dalam menuliskan berita ekonomi. Banyak istilah yang saya tahu artinya tapi sulit saya sampaikan karena perlu penjelasan yang panjang sementara ruang tulis saya terbatas. Akhirnya yang bisa saya lakukan adalah tetap menggunakan kata aneh tersebut dan berharap pembaca saya cukup rajin untuk mencari tahu arti kata itu di kamus ekonomi. Aminnnn.

Tapi berhubung Pak Y sangat pintar saya harap lain kali dia bisa menuliskan idenya dengan lebih mudah. Atau mungkin kalau Pak Y senggang bisa membaca buku Freakonomics karangan Steven D Levitt. Levitt cukup jenius mengungkapkan aspek ekonomi dalam setiap kejadian sehari-hari. Misalnya hubungan aborsi dan pasar pekerja, misi tersembunyi agen real estate, atau kesamaan guru dan pesumo.

Levitt membuat kita paham bahwa ekonomi bukan sekedar pengetahuan tentang seberapa banyak uang yang bisa diperoleh atau hitung-hitungan makroekonomi. Melainkan pengetahuan dasar yang menjelaskan bagaimana cara seseorang mendapatkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan, terutama ketika orang lain juga menginginkan dan membutuhkan hal yang sama. Yang terpenting, Levitt tidak perlu menggunakan teori atau istilah ekonomi sulit untuk menjelaskan maksudnya.

Pak Y…. Semangat!!

Leave feedback
Recent Posts
bottom of page