top of page

BILA SAJA

Ada satu adegan dalam film Benjamin Button yang sangat membekas bagi saya. Itu ketika Benjamin menunggu di lobi rumah sakit untuk memastikan keadaan wanita yang paling dicintainya, Daisy. Daisy mengalami kecelakaan hingga dia tidak bisa berjalan dan tidak dapat mengikuti pertunjukan tari. Dia bahkan tidak boleh menari untuk selamanya.

Benjamin mencoba mencerna keadaan. Dia membuat kalkulasi tentang bagaimana peristiwa itu terjadi dan mengapa peristiwa itu harus terjadi. Hingga dia sampai pada kesimpulan bahwa apapun alasannya, apakah peristiwa itu terjadi karena sebuah kebetulan atau telah didisain sebelumnya, yang jelas tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubahnya. Hidup berjalan sesuai yang telah digariskan.

Seorang wanita di Paris dalam perjalanannya pergi berbelanja. Namun dia lupa untuk membawa mantelnya dan kembali ke apartemennya untuk mengambilmantel tersebut. Ketika dia mengambilnya, telepon sang perempuan berdering. Jadi dia berhenti dan menjawab telpon tersebut untuk beberapa menit. Sementara perempuan itu sedang menelepon, Daisy tengah berlatih untuk pertunjukan tarinya di Opera House. Dan masih ketika dia sedang berlatih, perempuan tersebut selesai menelepon, melangkah keluar apartemennya, dan menaiki sebuah taksi.

Supir taksi itu sebelumnya berhenti untuk meminum segelas kopi setelah pulang mengantarkan seorang penumpangnya lebih awal. Dan saat hal itu terjadi, Daisy masih berlatih. Setelah meminum kopi, tukang taksi tersebut mengangkut perempuan yang akan pergi berbelanja tersebut karena si perempuan terlambat menaiki taksi yang datang lebih awal ketimbang taksi milik supir taksi yang minum kopi tadi.

Namun dalam perjalanan berbelanja, taksi itu harus berhenti karena hampir menabrak seorang laiki-laki yang menyeberang jalan. Si laki-laki terlambat lima menit dari biasanya untuk pergi bekerja karena dia lupa mengatur jam alarmnya. Ketika laki-laki yang terlambat pergi kerja tersebut menyeberang jalan, Daisy telah selesai latihan dan pergi mandi.

Dan selagi Daisy mandi, taksi itu sekarang berada di luar sebuah butik sambil menunggu perempuan yang pergi berbelanja tadi menjemput sebuah paket yang belum dibungkus. Ini karena gadis penjaga toko yang seharusnya membungkus paket tersebut putus dengan pacarnya pada malam sebelumnya sehingga lupa membungkusnya.

Ketika paket itu selesai dibungkus, perempuan yang pergi belanja kembali menaiki taksi, namun taksi tersebut terhambat melanjutkan perjalanannya karena sebuah truk memblokir jalan mereka. Sementara itu, Daisy sedang berpakaian. Truk tersebut kemudian menjauh dan taksi pun bisa melanjutkan perjalanannya.

Ketika hal itu terjadi, Daisy telah selesai berpakaian dan menunggu temannya yang berhenti sebentar untuk mengikat tali sepatunya. Saat taksi enunggu lampu lalu lintas berubah hijau, Daisy dan temannya keluar dari pintu belakang teater.

Jika satu saja dari rangkaian peristiwa tersebut berlangsung berbeda. Jika teman Daisy tak perlu mengikat tali sepatunya. Atau truk tersebut jalan lebih awal dan tidak menghalangi taksi. Atau paket tersebut telah dibungkus dan siap dibawa oleh perempuan yang pergi berbelanja karena gadis penjaga toko tidak putus dengan pacarnya.

Bila laki-laki itu tidak lupa mengatur jam alarmnya dan bangun lima menit lebih awal. Atau supir taksi tidak berhenti untuk minum kopi. Atau si perempuan yang akan pergi berbelanja tidak lupa dengan mantelnya dan naik dengan taksi yang tiba lebih awal. Daisy dan temannya pasti sudah menyeberang jalan dan taksi tersebut telah melewati mereka.

Namun hidup tidak berjalan seperti itu. Urutan kejadian yang bersimpangan dan segala kebetulan yang terjadi berada di luar kontrol manusia. Kenyataannya taksi tersebut tidak melewati mereka dan supir taksi sempat terganggu konsentrasi menyetirnya sehingga dia menabrak Daisy. Kaki Daisy lalu patah dan dengan terapi dan waktu, dia akan bisa berjalan lagi. Namun Daisy tidak akan pernah menari lagi.

——————————-

Adegan ini menyadarkan saya ketika sebuah pesan pendek masuk ke telepon genggam saya Senin lalu. Bahwa kabar tersebut terjadi setelah melewati rangkaian kejadian sebelumnya. Bahwa semuanya harus berjalan seperti itu dan tidak ada yang bisa mengubahnya.

Bila pada 2011 lalu seorang laki-laki tidak mematahkan hati saya. Bila setelahnya saya tidak depresi dan berusaha melupakan laki-laki itu dengan fokus untuk meraih mimpi saya. Bila saya tidak melakukan perjalanan ke sejumlah negara untuk mengobati hati saya dan bertemu dengan banyak teman yang mengingatkan saya bahwa banyak hal yang harus disyukuri di dunia ini.

Atau bila saya tidak gagal pada percobaan pertama saya untuk mencapai cita-cita saya. Bila saya tidak mendapatkan nilai buruk di tes bahasa inggris saya. Bila saya mengikuti saran teman saya untuk menyerah dan tidak mencoba sebuah pintu yang bisa menuntun saya kepada mimpi saya. Bila pintu itu tidak terbuka setelah saya mencoba memasukkan kuncinya dan menyadarkan saya tentang mimpi saya sesungguhnya.

Bila saya tidak mengulang tes bahasa inggris saya. Bila pintu itu tidak tertutup kembali. Bila saya tidak mencoba kembali padahal teman saya yang lain menyuruh saya menenangkan diri dan tidak melakukan apapun dulu untuk mencapai mimpi saya. Bila saya diterima di sebuah tempat yang sebenarnya tidak benar-benar saya inginkan.

Bila saya tidak ke Bali. Bila saya tidak mencoba pintu yang lain. Bila saya menyerah. Bila saya malas. Bila saya tidak melakukan kebodohan lainnya. Bila ada satu saja dari rangkaian kejadian tersebut yang berjalan berbeda, maka saya tidak akan sampai pada kondisi saat ini, ketika pesan pendek tersebut membuat saya sujud syukur.

Hidup ternyata tidak serumit itu. Hidup memang sudah semestinya begitu. Takdir.

Leave feedback
Recent Posts
bottom of page