top of page

MANCHESTER: SEPAKBOLA, PERANG, DAN MACET

Kereta saya pukul 13.00 menuju Manchester dari Leeds.Saya bukan penggemar Manchester United atau Manchester City atau klub bola lainnya, jadi perjalanan ini murni karena saya ingin menikmati kotanya saja dan bertemu teman. Sudah sore ketika saya sampai di kota itu dan di hari pertama itu saya

langsung berkunjung ke rumah sakit. Teman tempat saya menumpang jatuh sakit dan sudah tiga hari dirawat, jadinya saya jenguk. Lagi pula saya punya waktu seharian esoknya, karena kereta saya ke kota berikutnya baru berangkat lusa pagi.

Manchester jelas lebih besar dari Leeds atau Newcastle. Di sini, setelah empat bulan, saya bertemu kembali dengan macet. Kota ini ramai dan sibuk. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Manchester City Library tepat di sebelah gedung parlemen yang berarsitektur klasik. Saya kemudian menaiki bus ke stadium Manchester United.Sekali lagi bukan karena saya suka sepakbola, ini Cuma karena teman saya di Indonesia ingin dibawakan oleh-oleh dari mega store-nya.

Sepakbola memang industri yang besar di Inggris. Souvenir klub-klub bola terkenal bisa dijual dengan keuntungan yang tidak sedikit. Jersey puluhan pound yang diproduksi massal di sejumlah negara berkembang (salah satunya Indonesia) dengan sistem kerja kapitalis, dengan gampang habis terjual. Di mana-mana bisa ditemukan toko resmi yang melegalkan judi bola, sementara di Indonesia sabung ayam dilarang.

Setiap akhir pekan ada pertandingan. Di Newcastle, pertandingan sepakbola selalu menyedot penonton

yang luar biasa banyak. Lebih dari setengah penduduk kota mengenakan jersey hitam putih akan datang ke stadium demi mendukung tim kesayangan. Tiket pertandingan paling murah bisa mencapai 20 pound atau sekitar 400 ribu. Kalau Newcastle FC bertanding dengan klub bola lain yang terkenal, tiketnya bisa naik dua kali lipat. Padahal di Indonesia, Cuma butuh 50 ribu untuk menonton tim nasional.

Ada satu aturan ketika menonton bola. Memakai pakaian yang tidak menunjukkan keberpihakan kepada tim manapun atau menggunakan jersey tuan rumah. Mengenakan jersey klub yang bertandang bisa mendapat cacian atau paling parah dilempar botol bir. Tur stadium di Inggris paling murah 15 pound bisa makin mahal untuk stadium-stadium terkenal semacam Etihad, Emirates, atau Old Trafford. Tur termasuk berkunjung ke lapangan dan ruang ganti.

Perjalanan dilanjutkan ke museum science Manchester. Museum ini cukup terkenal dan banyak yang menarik untuk dilihat.Alasan utama saya ke sini justru mencari toilet. Berdasarkan survey, ada dua alasan utama kenapa orang bertandang ke museum.Percama mencari toilet dan kedua berteduh dari hujan.

Eksibisi utama museum ini adalah tentang industri pesawat dan penemuan komputer. Melihat penciptaan komputer saya jadi ingat film Immitation Games yang baru saya tonton sebelum winter break. Ternyata, hampir semua gadget yang kita gunakan saat ini untuk bersosialisasi, dulunya diciptakan karena alasan yang sangat egois, perang.

Radio pertama kali digunakan sebagai alat komunikasi angkatan lautdengan daratan.Televisi diciptakan berdasarkan teknologi radar yang digunakan pada Perang Dunia II. Telepon genggam asalnya adalah radio komunikasi tanpa kawat yang digunakan untuk berkomunikasi antar tentara ketika perang.

Komputer seperti yang digambarkan di Immitation Games dulunya adalah instrumen intelejen yang digunakan untuk meretas komunikasi rahasia pihak lawan.

Karena ini menjelang natal, hampir di setiap kota di Inggris bikin pasar malam, termasuk di machester. Dibandingkan pasar malam di Leeds, luasnya dua kali lebih besar dan berada di beberapa titik yang tersebar di tengah kota. Ada boneka santa besar hingga lima meter yang dipajang di depan katedral. Ada banyak toko-toko gypsy yang menjual manik-manik dan tenunan asal India atau Thailand. Banyak permainan dan wine bar.

Setelah berjalan jauh, perut akhirnya memberontak. Saya akhirnya memutuskan untuk makan malam dengan teman saya di rumah makan halal enak di dekat University of Manchester. Mereka punya ayam goreng enak dengan porsi yang banyak. Saat pertama kali saya datang ke Inggris, saya kaget dengan porsi makanan yang disajikan. Di sini porsi lauk bisa untuk dimakan dua atau tiga kali sesuai perut orang Indonesia. Mungkin karena cuacanya yang dingin bikin nafsu makan penduduk Inggris besar. Makanya tidak aneh kalau orang-orang sini badannya besar-besar dan obesitas bukan masalah baru.

Dibandingkan masakan Indonesia, makanan-makanan di Inggris tidak ada rasa. Mereka lebih peduli dengan kualitas dan kesegaran bahan makanan dari pada bumbu apa yang dipakai. Berbeda di Indonesia yang ayam tiren saja yang dimasak dengan rempah bisa terasa sangat enak. Nikmat yang mana lagi yang kamu dustakan hahaha. Rumah makan fish and chips biasanya menyajikan tiga atau empat jenis ikan, terutama cod dan makarel, yang dimasak dengan cara sama. Bagi saya setiap ikan rasanya sama saja. Berbeda kalau yang mereka masak itu lele, saya bisa langsung mengenali. Saya juga tidak bisa mengenali apakah daging yang disajikan kuliatas nomor satu, dua, atau murahan. Atau apakah telur yang digunakan untuk sandwich yang saya makan free range atau telur biasa.

Saya menghabiskan sisa malam di Manchester dengan mengobrol bersamabeberapa teman yang kuliah di kota itu. Kemudian pulang berjalan kaki di tengah hujan karena tidak ada bus yang lewat. Macet.

Leave feedback
Recent Posts
bottom of page